BOILER Circulating Fluidized Bed (CFB)
CIRCULATING FLUIDIZED BED (CFB) BOILER
1.
Keuntungan Boiler CFB
Boiler:
a.
Memiliki kemampuan membakar
pada bahan bakar kalori rendah (low rank coal), seperti bahan bakar yang
mengandung kadar abu (ash) yang tinggi dan bahan bakar yang mengandung kadar
air (water) yang tinggi, bahkan campuran beberapa bahan bakar juga bisa
digunakan.
b.
Emisi NOx yang rendah, karena
temperatur pembakaran yang relatif lebih rendah yaitu sekitar 850-900 C
sehingga oksidasi nitrogen termal sangat kecil sekali.
c.
Emisi Sox yang rendah, karena
menggunakan limestone untuk mengikat Sox. Tahap pertama merupakan pembentukan Lime
(CaO) dan tahap kedua pembentukan Calsium Sulfat (CaSO4)
CaCO3
→ CaO + CO2
SO2 + CaO + ½ O2 → Ca SO4
Gbr.1
Efektifitas pengikatan sulfur
2.
Karakteristik
pembakaran CFB Boiler
a.
Dalam proses pembakaran, bahan bakar dibakar pada furnace (tungku) yang
berisi bed material (material pembentuk bed yang bersifat inert). Udara
pembakaran membuat proses fluidisasi.
Dengan kondisi panas fluidisasi campuran bahan bakar dan bed material akan
lebih mudah terbakar.
b.
Bed material yang digunakan adalah jenis material yang inert (tidak
bereaksi terhadap pembakaran dan mampu mempertahankan kandungan panas) biasanya
dipilih pasir, alumina, atau juga bottom ash (abu berat) hasil dari pembakaran
batubara. Limestone (batu kapur) berfungsi sebagai pembentuk bed material dan
juga sebagai sorbent (pengikat sulfur). Temperatur pembakaran dijaga sekitar
850 oC untuk mengurangi emisi NOx. Dengan temperatur tersebut
efisiensi pembakaran akan tercapai dengan residence time (waktu tinggal) bahan
bakar di ruang bakar lebih lama.
3.
Sistem
pembakaran Fluidized Bed
a.
Bubling Fluid Bed (BFB) menggunakan kecepatan yang rendah dan ukuran
partikel yang relatif lebih besar (kasar) dengan konsentrasi solid yang lebih
seragam dan padat sehingga sedikit partikel solid yang terbawa flue gas.
b.
Circulating Fluid Bed (CFB) menggunakan kecepatan yang lebih tinggi dan
ukuran partikel yang relatif lebih kecil (halus) dengan konsentrasi solid
kurang seragam dan terdifusi bervariasi terhadap ketinggian ruang bakar
sehingga banyak partikel yang terbawa flue gas
Gbr.2 Perbandingan beberapa system
pembakaran
4.
Mekanisme
perpindahan panas pada Fluidized Bed Boiler
Perpindahan panas yang pada Boiler Fluidized Bed terdiri dari tiga
mekanisme yang terjadi bersamaan yaitu konveksi gas, radiasi, dan partikel
konveksi. Koefisien perpindahan panas menjadi:
Ho
= Hgc + Hrad + Hpc
Ho = total koefisien perpindahan
panas
Hgc = koefisien konveksi gas (0 – 2
Btu/hr-ft2-oF)
Hrad = koefisien radiasi partikel
dan gas (8 – 12 Btu/hr-ft2-oF)
Hpc = koefisien konveksi partikel
(30 – 50 Btu/hr-ft2-oF)
Gbr.3 Komponen perpindahan panas dan profil
konsentrasi bed material
5.
Sistem Circulating
Fluidized Bed Boiler
a.
Bahan bakar batubara (coal) yang telah dihancurkan dan limestone
diumpankan secara mekanik atau pnematik ke bagian bawah ruang bakar melalui
coal feeder (berfungsi untuk mengatur jumlah aliran bahan bakar) ke saluran
yang terdapat pada dinding depan. Udara primer (primary air PA) dialirkan ke
bagian bawah melewati nozzle-nozzle sebagai distributor udara untuk membentuk
proses fluidisasi. Udara sekunder (secondary air SA) diumpankan melalui saluran
udara yang biasanya terdiri dari dua atau tiga level elevasi pada bagian bawah
ruang bakar. Udara primer juga dialirkan melewati saluran batubara untuk
membantu pemasukan bahan bakar. Limestone diinjeksi melalui saluran udara
sekunder pada elevasi yang lebih rendah. Udara yang memasuki ruang bakar sudah
dipanaskan di air heater.
Gbr.4
Sketsa Sistem CFB Boiler
b.
Pembakaran terjadi pada ruang bakar yang diisi dengan bed material. Flue
gas dan solid meninggalkan ruang bakar dan memasuki satu atau lebih cyclone
dimana solid akan dipisahkan dan jatuh menuju sealpot. Dari sealpot solid akan
dikembalikan ke ruang bakar sebagai bed material dengan bantuan udara dari FA
blower yang melewati nozzle-nozzle di sealpot
c.
Temperatur solid bed diusahakan seragam dan dijaga pada level yang optimum
untuk proses pengikatan sulfur dan efisiensi pembakaran. Flue gas yang
meninggalkan cyclone akan melewati convective backpass yang terdiri dari
superheater, economizer, dan air heater.
d.
Burner berfungsi memanaskan solid bed material pada waktu start-up. Setelah
temperatur untuk pembakaran batubara tercapai maka coal feeder dioperasikan dan
burner mulai dikurangi perlahan sampai burner distop sesuai dengan prosedur
operasi.
e.
Ash screw berfungsi untuk mengeluarkan solid bed material. Peralatan ini
dilengkapi dengan air pendingin untuk menjaga temperatur material. Pengeluaran
solid bed ini dilakukan untuk mengendalikan kuantitas dan kualitas solid bed
material.
f.
Flue gas dialirkan melewati baghouse yang berfungsi untuk memisahkan fly
ash. Fly ash tersebut dipisahkan di dua lokasi. Yang pertama di air heater dan
yang kedua di baghouse.
g.
Pada CFB boiler biasanya dilengkapi dengan wingwall tube (superheater
dan evaporator) untuk meningkatkan efisiensi transfer panas. Daerah kritis
dimana tingkat abrasi yang tinggi dilapisi dengan refraktori untuk mencegah
percepatan kerusakan material tube.
6.
Proses Fluidisasi pada CFB
Boiler
a.
Fluidisasi adalah proses dimana material solid mengambang atau mengalir
bebas layaknya aliran fluida. Gas atau udara mengalir melewati tumpukan partikel
solid (bed). Aliran gas tersebut memiliki gaya sehingga mampu memisahkan
partikel-partikel tersebut. Semakin besar gaya aliran maka semakin banyak juga
partikel-partikel yang terpisah dan dan mengalir seperti gas, sehingga proses
fluidisasi tercapai.
Gbr.5 Proses fluidisasi
bed material
b.
Proses fluidisasi dari fixed bed ke fluid bed membuat plot drop tekanan
terhadap kecepatan aliran. Pada kondisi fixed bed, drop tekanan proporsional
terhadap kuadrat kecepatan. Jika kecepatan meningkat maka bed menjadi
terfluidisasi. Proses dimana bed terfluidisasi disebut sebagai Vmf
(kecepatan minimum fluidisasi).
c.
Kecepatan minimum fluidisasi Vmf tersebut dipengaruhi oleh
ukuran diameter partikel, berat jenis partikel, bentuk kebulatan partikel,
berat jenis dan viskositas gas, serta fraksi partikel. Drop tekanan yang
melewati bed setelah Vmf menjadi konstan dan bisa disebut sebagai
jumlah berat partikel solid per satuan luas.
7.
Ketentuan parameter proses
CFB
a.
Kondisi fluidisasi CFB tercapai setelah melewati fasa bubling dengan
kecepatan lebih besar dari 3 m/s nilai nilai tengah distribusi ukuran partikel
500μm. Perbatasan antara dense bed (konsentrasi solid bed tinggi) dengan
freeboard (konsentrasi solid bed rendah) tidak bisa didefinisikan dengan jelas.
Drop tekanan antara bawah dan atas furnace dengan gradien yang menurun sesuai
dengan kenaikan elevasi
b.
Dalam CFB dikenal tingkat sirkulasi (recycle) internal dan external.
Tingkat sirkulasi internal hanya bersirkulasi didalam ruang bakar dan sirkulasi
external bersirkulasi di luar ruang bakar (cyclone). Tingkat sirkulasi yang
tinggi akan menghasilkan pencampuran solid-gas yang baik sehingga menghasilkan
tingkat efisiensi yang tinggi.
c.
Perbedaan bahan bakar akan menyebabkan perbedaan volume gas per unit
energi bahan bakar. Untuk efisiensi yang maximum maka pembakaran dilakukan pada
kondisi optimum untuk pengikatan sulfur dan efisiensi pembakaran. Sebagai
contoh bahan bakar tingkat rendah seperti kayu akan menghasilkan volume gas
yang lebih besar, sedangkan untuk bahan bakar batubara jenis anthracite akan
menghasilkan volume gas yang relatif lebih sedikit. Oleh karena itu untuk untuk
variasi penggunaan bahan bakar akan memberikan kondisi optimum yang berbeda
pula seperti temperatur, excess udara.
d.
Ukuran dan fraksi partikel bahan bakar sangat penting untuk operasi.
Jika bahan bakar yang masuk ke ruang bakar terlalu kasar (ukuran besar) maka
akan terjadi kekurangan material yang bersirkulasi sehingga akan menyebabkan
berkurangnya proses pembakaran efektif dan proses perpindahan panas tidak
efisien serta konsumsi limeston akan semakin banyak.
e.
Pada kondisi ekstrim dimana tingkat sirkulasi sangat rendah dengan
ukuran butir yang sangat kasar akan menyebabkan temperatur yang tinggi pada
bagian bawah ruang bakar dan akan menyebabkan terbentuknya clinker dan
defluidisasi
f.
Umumnya untuk bahan bakar yang memiliki kandungan ash sangat tinggi
seperti anthracite harus dihancurkan relatif lebih kecil karena sulit untuk
membakar sampai pecah (dekrepitasi). Alasan yang kedua adalah karbon akan
terbungkus oleh ash sehingga banyak karbon yang tidak terbakar.
8.
Analisa faktor penyebab
atau yang berpengaruh terhadap kebocoran tube pada CFB Boiler
Gbr.6 Diagram faktor penyebab erosi tube
pada CFB Boiler
9.
Faktor umum penyebab erosi
yang berhubungan aliran pada CFB Boiler
a.
Pola aliran yang melewati tube
yaitu berupa impak, gesekan, dsb
b.
Adanya kecepatan aliran yang
meningkat pada satu area, sehingga distribusi tekanan tidak merata.
c.
Perubahan bentuk geometri
aliran akan menghasilkan erosi yang seragam (regular).
d.
Sirkulasi internal dimana
aliran bed material turun pada dinding furnace dan aliran gas pada sisi tengah
furnace.
e.
Kecepatan aliran udara yang terlalu
besar disebabkan oleh setting udara dan dimensi nozzle yang tidak sesuai.
f.
Nozzle yang buntu atau yang
tererosi akan mempengaruhi keseragaman aliran sehingga menjadi penyebab
kenaikan kecepatan.
10. Faktor umum penyebab kerusakan Refractory pada CFB Boiler
1.
Kerusakan stud atau angkur.
2.
Retak dan runtuhnya refractory
karena seringnya mengalami termal stress yang diakibatkan frekuensi trip tube
bocor yang cukup tinggi.
3.
Abrasive karena tumbukan bed
material
4.
Pemilihan material refracting
kurang tepat.
5.
Teknik pemasangan yang kurang
baik.
6.
Refractory Cyclone Target Wall
merupakan area refractory yang menerima beban relatif lebih besar, sehingga
frekuensi kerusakan refractory di area tersebut relatif tinggi.
Komentar
Posting Komentar